Keep your Mouth and Attitude
- Azizah Zahra

- May 11, 2020
- 2 min read
Sebuah cerita tentang kehidupan (berawal pada bantal dari kapas dan bulu ayam)

Sumber Ilustrasi : www.devianart.com
Suatu hari, ada seseorang yang ingin bertobat dan mendatangi seorang guru.
“Guru, selama hidup, saya melakukan banyak dosa. Saya sering memfitnah, berbohong, dan banyak hal-hal yang buruk lain. Sekarang saya menyesal dan ingin meminta maaf kepada mereka. Bagaimana caranya agar mereka semua menjadi semula?”
Guru itu menjawab, “sebelumnya tolong ambilkan bantal dari tempat tidurku. Bawalah ke alun-alun kota. Sampai disana, naiklah ke tempat tertinggi lalu robeklah bantal itu sampai bulu-bulu ayam dan kapas yang ada di dalamnya terbang di tiup angin, itulah hukumanmu. Kembalilah kemari setelah itu”.
Orang itu merasa kebingungan, tetapi tetap melakukan apa yang diperintahkan oleh guru itu. Dia mengambil bantal yang dimaksud, pergi alun-alun, lalu merobeknya. Angin yang kencang langsung menyebarkan bulu-bulu dan kapas yang ada di dalamnya ke segala arah. Sampai jauh, sampai entah dimana saja.
Setelah itu, orang itu kembali ke guru itu. “Guru, saya telah melakukan apa yang guru perintahkan, apa itu berarti saya telah diampuni?”
Guru menggelengkan kepala dan berkata, “Tidak. Belum itu baru separuh dari hukumanmu. Kembalilah kealun-alun, kumpulkan kembali semua bulu ayam dan kapas yang ada di bantal tadi.”
Orang itu kebingungan. Sesaat dia berpikir dan lalu paham maksud guru itu,
“Apa yang sudah kamu laukan?” kata guru itu, “Tidak ada yang bisa dikembalikan seperti semula. Yang kamu bisa lakukan hanya melakukan sebisanya untuk kembali seperti semula. Tetapi bahkan ketika seperti itu pun, itu sudah cukup. Meminta maaflah kepada semua orang yang kau sakiti. Mungkin ada yang tidak akan memaafkanmu, tetapi yang penting kamu sudah melakukan usaha yang terbaik.”
Lalu, orang itu mengangguk dan mengerti.
Pesan moral apa yang dapat kita ambil?
Perkataan bagai pedang yang menghunus urat nadimu. Setajam itulah perumpaan bahwa segala ucapan yang telah terlontar adalah penting adanya, dan tentunya mengandung nyawa dalam ucapanmu itu. Sehingga, Apa yang sudah kita lakukan, atau apa yang kita katakan, sudah tidak bisa kita ulang kembali. Kita hanya bisa meminta maaf, tetapi tidak akan bisa mengubahnya seperti semula lagi. Karena itulah sebaiknya kita berhati-hati atas tingkah dan ucapan kita. Karena ucapan lebih tajam seakan maut yang hampir merenggut. Maka dari itu, luka yang telah membekas tidak akan balik sesempurna itu. Selalu ada hal yang berbeda. Untuk itu, “Memberi maaf tidak harus menunggu yang salah meminta maaf, itulah kemuliaan".
Keep your attitude, and your mouth



Comments